Thursday, February 28, 2008

Spread the Love~


by giving salam.


:)

Maksudnya: “Kamu tidak akan masuk ke dalam syurga sehingga kamu beriman, kamu belum beriman (dengan sempurna) sehingga kamu saling sayang menyayangi. Apakah kamu tidak suka ku tunjukkan akan sesuatu yang apabila kamu kerjakan, pasti kamu akan saling sayang menyayangi? Sebarkanlah salam di antara kamu.”
(Hadis riwayat Muslim)

Wednesday, February 27, 2008

Unique



Aiyyuhal ikhwah!

Being different isn't neccessarily good.

Monday, February 25, 2008

A point to ponder

Finding fault and excuses are a lot easier than offering a solution.

Ordinary people searching for fault.

Great people solve them.

Which one are you?

Dan medan kerja itu jauh lebih mencabar dari medan cakap.
Ummah tidak akan tertegak atas air liur dan frekuensi-frekuensi yang kosong.
Kerana yang berdengkur itu juga mampu menghasilkan kedua-duanya.

Ummah memerlukan seorang yang berfikir, belajar, mengajar dan bertindak atas apa yg dipelajari dan sentiasa membaiki apa yang kurang.

Semoga kita menjadi roh baru dalam jasad ummah ini!

tips untuk buat maksiat

Assalamualaikum wrh wbt

berikut ialah tips kalo korang nak buat maksiat

1. jangan makan rezeki Allah
2. jangan berpijak di bumi Allah
3. buat maksiat kt tempat Allah takleh tengok
4. suro malaikat maut suro tunggu jap masa ajal
5. lawan ngn malaikat zabaniyah masa dia nak tarik ke neraka

kalo korang takleh nak buat semua dalam list tu, rentikan je laa niat nak bermaksiat tu.. menghabihkan ATP jer..

wallahua'lam

Sunday, February 24, 2008

Di kedai kopi..


"Peristiwa sederhana di kedai kopi..

seorang lelaki membangunkan dunia.."

Wahai Khadijah..

"..masa tidur sudah berlalu.."
- Rasulullah s.a.w

Friday, February 22, 2008

Sajak yang tawar

Sajakku terlalu tawar
untuk gambarkan keperitan
mangsa-mangsa kezaliman
di seluruh dunia
termasuk di tanahairku sendiri

Sajakku terlalu tawar
lantaran tekak dan perutku
sering dibanjiri dengan
yang manis-manis
yang belum tentu
menjamin manis dalam rasa
atau dilazati manis dalam cinta

Sajak yang manis
adalah sajak yang tak sempat
disiarkan dalam lelaman ini

Abu Zaid
3 Oktober 2001

Thursday, February 21, 2008

Ya Syeikh.. Kemewahan Bukan Cita-cita Kami

Mukadimah

Dalam sebuah perjalanan kami bersama beberapa Ikhwah, ada perbincangan menarik. Salah seorang Al Akh bertanya, “Akhi, berapa pendapatan Antum sebulan dari mengajar?” Ikhwah tersebut tersenyum dan malu menjawabnya. Namun, ketika ditanya lagi dengan nada bergurau, ia pun menjawab, “150 ribu sebulan.” Inilah ikhwah kita, kader da’wah yang memiliki banyak kelompok halaqah.

(300 ribu rupiah = 100 ringgit malaysia)

Ada lagi, Ikhwah yang pernah kami temui, ia aktivis dan banyak amanah da’wah yang dia pikul. Ia hanya berpendapatan tidak sampai 300 ribu rupiah dari membuat minuman penghangat badan, wedang jahe.Itulah ikhwah kita, mereka hidup dipelosok. Namun, kami kira mereka juga ada di sekitar kita, saudara kita di halaqah, di wilayah da’wah kita, bahkan ia -mungkin- kita sendiri. Tetapi mereka tidak mengeluh, tidak lemah, dan Allah Ta’ala mencintai orang-orang yang sabar.

Syahdan, di kota besar ada pula ikhwah da’iyah yang hidupnya lebih dari cukup, bahkan sangat-sangat lebih. Itu baik dan tidak masalah. Namun, jadi masalah jika ia mengiklankan kemewahan, menyeru orang kepadanya, memberikan ilustrasi keunggulan `mewah’, bukan sekadar bercerita kekayaan. Ia menghiasi dengan berbagai dalil dan alasan yang dipaksakan untuk menghalalkan pemikiran dan perilakunya sendiri. Membicarakan pentingnya kekayaan, harta, kemewahan, dengan alasan maslahat da’wah dan sebagainya, kerana ia sudah merasakannya. Lalu, ke mana dahulu ketika keadaannya belum seperti sekarang? Kenapa maslahat-maslahat itu baru dibicarakan saat ini ? Apakah dibicarakan untuk pledoi? Apa ia tidak pernah tahu kondisi ikhwah lain yang serba sulit? Atau memang tidak mahu tahu?

Tak usah ajarkan kami, kami sudah mengetahui harta memang penting. Kaya memang penting. Majoriti para sahabat yang mubasyiruna bil jannah (dikabarkan akan masuk surga) adalah orang-orang kaya. Orang kaya yang bersyukur lebih utama dari orang miskin bersabar. Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam pun berdoa berlindung dari kekafiran dan kefaqiran. Dan, kami pun tetap bekerja untuk menafkahi anak dan isteri kami … Alangkah baiknya jika kami tetap diajarkan -oleh da’i itu- bagaimana menjadi hamba yang soleh, hamba yang bersyukur terhadap kekayaan, bersabar atas kesulitan, berjihad, istiqamah, dan ilmu-ilmu bermanfaat lainnya untuk agama dan dunia kami, agar kami menjadi peribadi yang apa adanya menurut Al Quran dan As Sunnah, bukan peribadi yang seharusnya menurut keadaan dan status sosial. Dan, tidak usah menyesali jika dahulu kami `lupa’ diajarkan tentang masalah kekayaan dalam silibus tarbiyah kami, kerana hakikat kekayaan adalah kaya jiwa. Inilah keyakinan dari keimanan kepada Allah Ta’ala, dan pemahaman terhadap harta secara sihat, dan jangan memaksakan pemahaman yang asing dalam sejarah da’wah dan tarbiyah.

Tetapi Ya Syaikh …, kaya bukanlah mewah, walau ia bersumber dari satu hal yang sama yakni harta, tetapi ia berbeza secara nilai yakni mentaliti. Mentaliti aji mumpung; mumpung ada, mumpung menjabat, mumpung dekat dengan orang kaya, mumpung di atas, mumpung punya binaan kalangan menengah ke atas (untung sabut timbul, untung batu tenggelam). Tak ada kamus untung sabut timbul dalam kehidupan teladan kami, Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam, ia memegang kunci-kunci kekayaan, jika ia mahu mudah sekali mendapatkannya. Tetapi, ia amat sederhana. Para sahabat, memang kaya, tapi adakah kita mendengar mereka mengiklankan kemewahan, dan bersenang-senang ketika ada saudaranya kesulitan? Justeru mereka menampakkan kesederhanaan dan kesahajaan. Mereka tahu perasaan sahabat nabi lainnya. Ya .. mereka tahu perasaan manusia ..

Khadijah seorang wanita kaya, ia saudagar wanita, ketika nikah dengan Rasulullah ia menjadi sederhana. Kekayaannya ia habiskan untuk perjuangan suaminya, bukan dihabiskan untuk menikmati kenikmatan hidup. Jangan sekadar melihat besarnya mahar ketika mereka berdua nikah, tetapi lihatlah buat apa dan dikemanakan mahar tersebut, apakah mahar tersebut merubah Rasulullah menjadi laki-laki yang mewah? Tidak! Terlalu naif membicarakan kemewahan hanya melihat dari ukuran mahar pernikahan Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam dan Khadijah Radhiallahu `Anha. Umar bin Abdul Aziz ia seorang kaya, ketika menjadi khalifah justeru ia tinggalkan kekayaannya. Tetapi, kewibawaan mereka sama sekali tidak berkurang, justru melambung tinggi, kerana Allah Ta’ala telah muliakan mereka. Kemana contoh-contoh ini?

Untuk contoh masa sekarang adalah Usamah bin Ladin -setuju atau tidak dengan ideologi dan segala upaya jihadnya- ia adalah seorang kaya raya, bahkan sangat kaya, kalau dia mau boleh saja CNN dibelinya. Tapi, dia hidup amat sederhana, makan seadanya, dia serahkan kekayaannya untuk membiayai perjuangannya. Bukan mencari kekayaan dari perjuangan, bukan mencari biaya hidup dari perjuangan. Itulah letak kewibawaan.

Rasulullah dan para sahabat adalah teladan kita, qudwah hasanah kita … selamanya. Kami tidak perlu teladan yang lain, walau ia berilmu, senior da’wah, tetapi … alhamdulillah, kami tidak pernah silau dengan istilah, gelar, dan pujian manusia yang sehaluan dengannya. Walau kami sangat menghargai dan menghormati peran dan kontribusi da’wah yang telah mereka lalui demikian panjang.

Kesederhanaan Adalah `Izzah

Ada sudut pandang simplistis yang biasa dilontarkan oleh manusia yang ber’ideologi’ kekayaan dan kemewahan. Sudut pandang kesetaraan status dan kepantasan lingkungan, agar penerimaan dirinya dilingkungan yang baru, boleh diterima dengan baik. Sudut pandang materialistik kapitalis ini, satu-dua contoh kes boleh saja benar, bahawa jika Anda bergaul dengan kalangan jet set tetapi ketika menghadap mereka dengan `hanya’ motor kapcai atau mobil second hand, lalu Anda kurang dianggap, kurang `berharga’ di mata mereka. Boleh saja itu terjadi, dan boleh pula itu perasaan dan sugesti saja. Jangan pernah memandang bahawa kesulitan hidup, adalah biang keladi segala masalah kita -para da’i dan umat Islam- saat ini. Tak ada manusia satu pun yang ingin susah dan miskin, tetapi jangan pula menganggap kekayaan adalah solusi jitu, yang akhirnya harus dikejar-kejar dan diserukan secara demonstratif, kerana taqwa dan kesolehan itulah solusi, sedangkan kekayaan adalah penunjang atau boleh juga jadi fitnah.

Kenapa contoh keserhanaan Abu Dzar, kewara’an Abu Bakar, kezuhudan Umar, kedermawanan Utsman, dan kesulitan hidup Ali, tidak menjadi sudut pandang kita. Apa yang mereka alami ini tidaklah meluluhkan wibawa mereka di depan Al Khaliq dan makhluk. Justeru semakin melambung tinggi dan nama mereka tercatat abadi dalam konfigurasi sejarah manusia-manusia pilihan. Itu mereka dapatkan bukan kerana kekayaan dan kemewahan, tetapi keikhlasan, kesederhanaan, dan pengorbanan mereka. Benarlah yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam:

Dari Abu Hurairah Radhiallahu `Anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya, kalian tidak akan mampu menguasai manusia dengan harta kalian, tetapi kalian boleh menguasai mereka dengan wajah yang bersahaja dan akhlak yang baik.” (HR. Abu Ya’la, dishahihkan Al Hakim, Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Kitab Al jami’, Bab Targhib fi Makarimil Akhlaq, hal. 287. Hadits no. 1341. Cet 1, 2004m/1425H. Darul Kutub Al Islamiyah)

Kesederhanaan para da’i di lingkungan yang `tidak sederhana’ adalah hal yang istimewa, ia nampak tidak tergoda dunia, walau dunia mengejarnya. Ia nampak mampu mengendalikan dunia, dunia ada ditangannya bukan dihatinya. Jika ia anggota dewan, pejabat, petinggi Partai Da’wah, dahulunya ia da’i yang sederhana, dan ia tetap sederhana di lingkungan yang `tidak sederhana’, maka ia seperti cahaya di tengah kegelapan, ia seperti keteladanan di zaman yang minim keteladanan. Insya Allah, Allah akan mencintainya, dan manusia pun mengaguminya. Inilah sudut pandang yang seharusnya … Syaikh! Bukan justeru latah, ikut-ikutan, dan menjadi norak, sehingga menjadi tak ada bezanya dengan hamba dunia yang dahulu pernah kita benci, paling tidak beti (beda-beda tipis) dengan mereka.

Dari Sahl bin Sa’ad Radhiallahu `Anhu dia berkata: “Datang seorang laki-laki kepada Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam, dia berkata: “Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku jika aku lakukan maka Allah dan manusia akan mencintaiku. ” Maka Ia bersabda: “Zuhudlah di dunia nescaya Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah terhadap apa-apa yang ada pada manusia, nescaya manusia akan mencintaimu. ” (HR. Ibnu Majah, sanadnya hasan. Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Kitab al Jami’ Bab Zuhd wal Wara’, hal. 277. Hadits no. 1285. Cet 1, 2004M/1425H. Darul Kutub Al Islamiyah)

Akan Dibangkitkan Sesuai Niatnya

Da’wah ini telah diramaikan oleh beragam manusia; tipe, kecenderungan, skill, kebiasaan, sifat, dan niatnya. Faktor niat inilah yang akan mengendalikan dan mengarahkan masing-masing da’i, bahkan yang menentukan masa depan mereka di akhirat. Mereka sama-sama berjuang, sama-sama lelah, tapi mereka akan dibangkitkan di akhirat sesuai niatnya masing-masing. Ada yang niat dunia seperti ketenaran, populariti, kekayaan, pangkat, wanita, walau ini mampu disembunyikan dengan sangat rapi di dunia, berbungkus da’wah dan berhasil mengelabui banyak manusia, tetapi akan tersingkap di akhirat. Semoga Allah Ta’ala merahmati dan memberikan balasan yang lebih baik bagi da’i-da’i akhirat, yang hanya mengharapkan Allah Ta’ala dan ketinggian agamaNya.

Dari `Aisyah Radhiallahu `Anha berkata: Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda: “Akan ada tentera yang menyerang Ka’bah, akan tetapi ketika mereka sampai di sebuah lapangan, tiba-tiba mereka semua dibinasakan, dari awal sampai akhirnya.”`Aisyah bertanya: “Ya Rasulullah, bagaimanakah dibinasakan semua, padahal di antara mereka ada orang-orang yang tidak ikut-ikutan seperti mereka, iaitu orang-orang yang di pasar dan lain-lain?“Rasulull ah menjawab:“Mereka dibinasakan semua, lalu dibangkitkan menurut niat masing-masing. ” (HR. Bukhari- Muslim, lafaz ini menurut Bukhari. Riyadhus Shalihin, Bab Al ikhlas wa Ihdhar an Niyah, hadits no. 2. Maktabatul Iman, Manshurah)

Jadi, amal akhirat manusia, seperti da’wah dan jihad menjadi hal yang sia-sia jika niatnya adalah dunia. Dalam riwayat lain, dari Ubai bin Ka’ab Radhiallahu `Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda:“Barang siapa yang beramal akhirat dengan tujuan dunia, maka dia tidak mendapatkan bahagian di akhirat.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Al hakim dan Al Baihaqi. Al Hakim berkata: sanadnya shahih, dan disepakati Adz Dzahabi. Al Haitsami mengatakan hadits ini diriwayatkan Ahmad dan anaknya dari beberapa jalur, dan para perawi Ahmad adalah perawi shahih, Majma’ uz Zawaid 10/220)

Kami Tidak Mengharamkan Perhiasan Yang halal dari Allah!

Jika ada yang menyangka, ini adalah sikap sok suci, sok tidak butuh kekayaan, apalagi disebut iri, maka ia amat keliru. Kami meyakini, setelah iman yang mendalam dan amal yang terus-menerus, maka da’wah memerlukan kekuatan, di antara kekuatan yang penting hari ini adalah dana. Tentunya, orang yang tidak memiliki harta tidak bisa memberikan kekayaan. Bertemunya keimanan dan kekayaan, akan membentuk peribadi yang dermawan.

Namun yang menjadi tema dan sorotan kami adalah gaya hidup para da’i yang mengalami culture shock, OKB, Orang Kaya Baru, lalu dia demonstratif dalam hal itu. Dia lupa bahwa dirinya berada di lingkungan da’wah, dan para ikhwah yang kebanyakan `tidak seberuntung dia’. Para Ikhwah yang hidupnya kembang kempis.

Bergesernya orientasi da’wah ilallah menjadi da’wah `Road to Kekayaan’, inilah yang harus disorot dan diwaspadai. Sesungguhnya, peringatan itu bermanfaat buat orang-orang beriman. Namun bagi yang sulit menerima nasihat, hatinya kesat, maka kami katakan:

Berpestalah … bersenang-senanglah … dan lakukan semua kehendakmu …. Anda bebas saudaraku… Tetapi, pesta pasti berakhir itu pasti ….

Kami juga meyakini, bahwa secara nilai normatif, banyak yang lebih faham dari kami tentang ini, lebih faqih, lebih berpengalaman, lebih cerdas, lebih pandai, lebih tahu masalah, pokoknya segalanya di atas kami ….Tetapi, yang kami (para kader da’wah) minta adalah jangan ajarkan kami kemewahan, sebab itu bukan cita-cita, obsesi, dan ambisi kami … jangan contohkan kami perilaku yang dahulunya sama-sama kita benci, sebab itu kabura maqtan … dan jangan paksa kami untuk mengikuti jejak perilaku dan pemikiran yang Anda iklankan ….Semoga hidayah dan bimbingan Allah Ta’ala selalu menyertai kita semua .. Amin

“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), Maka kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al Isra’ : 18-19)

Wallahu A’lam wa Illahil `Izzah

Tuesday, February 19, 2008

Muhasabah Blog

Assalamualaikum wrh wbt

Kepada pengunjung yang dihormati sekalian.

Demografi pengunjung di blog makannasik utk sebulan lepas.



Sudah hampir 3 tahun saya menulis di blog ini, dan saya rasa masih belum terlambat untuk saya membuat muhasabah untuk membaiki mutu artikel-artikel di blog ini.



Diharap boleh menjawab beberapa soalan di bawah dengan ikhlas. :)

1. Apakah kekuatan blog ini?

2. Apakah kelemahan blog ini?

3. Mana anda lebih suka, karya2 tahun 2005 atau 2008?

4. Apakah karya yang patut dilebihkan?

5. Apakah karya yang patut dikurangkan?

Semua jawapan boleh dihantar ke emel saya:
amar_kun@yahoo.co.uk

Terima kasih. :)

Monday, February 18, 2008

Polymath

10 of 15 polymath (Renaissance Men) in this world came from ISLAMIC CIVILIZATION!



Ibnu Firnas: "Ibn Firnas was the first man in history to make a scientific attempt at flying."
He is an aviator, inventor, technologist, chemist, humanitarian, musician, physician and poet.



al Farabi: "The second teacher of the new world"
He is a scientists and philosophers, cosmologist, logician, musician, psychologist and sociologist.



Ibnu Haytham: "The father of optics. The 'mad' scientist"
He is a scientist, physicist, anatomist, physician, psychologist, astronomer, engineer, mathematician, ophthalmologist, philosopher, and Ash'ari theologian.


al Biruni: "One of the greatest mind of Islam"
scientist, physicist, anthropologist, astronomer, astrologer, encyclopedist, geodesist, geographer, geologist, historian, mathematician, natural historian, pharmacist, physician, philosopher, scholar, teacher, Ash'ari theologian, and traveller.




Ibnu Sina: "The father of modern medicine"
He is a physician, pharmacologist, philosopher, metaphysician, aromatherapist, astronomer, chemist, Hanafi jurist and theologian, physicist, scientist, universalist, poet, statemen, and soldier.




Ibnu Rusyd: "The man who influenced Western Europe"
He is a master of philosophy, theology, Maliki law and jurisprudence, astronomy, geography, mathematics, medicine, physics, psychology and science.



Nasiruddin al Tusi: "Father of astronomy"
He is an astronomer, biologist, chemist, mathematician, philosopher, physician, scientist, and theologian.



Ibnu Khaldun: "Father of economics, sociology, history, historiology, demography, philosophy of history.... or in short words, the Father of all social sciences"


He is an Arab social scientist, sociologist, historian, historiographer, philosopher of history, demographer, economist, linguist, philosopher, political theorist, military theorist, Islamic scholar, Ash'ari theologian, diplomat and statesman; "a still-influential polymath".


Sultan Sulaiman: "The magnificient"
He is an an Ottoman emperor, "Renaissance Man", "goldsmith, warrior, leader, scholar, and poet






Us: Eh, polymath tu ape ha? Ada kaitan ngn poligon ke?

Tuesday, February 12, 2008

Promosi makan nasi

Assalamualaikum wrh wbt

Dah lama tak tulis pasal analogi nasi. InsyaAllah pagi ni kita akan cakap pasal promosi makan nasik.

Ada dua orang pemuda. Kedua-duanya faham, ikhlas, dan bersemangat untuk mempromosikan nasik beriani yang sungguh sedap lagi enak sampai menjilat jari. Namun masing-masing ada cara tersendiri dalam mempromosikan nasik beriyani itu.

Encik A: Mari tuan-tuan puan-puan abang adik kakak makcik pakcik datuk nenek.. ni saya nak promote nasik beriyani yang sedap menggunakan beras herbal ponni taj mahal, beras basmati terbaik di seantero dunia. Mudah je nak buat nasik beriyani ni, cuma perlu masukkan 3 pot beras ke dalam rice cooker, lepas tu masukkan air sebanyak 6 pot, 100 gram daging ayam (yg sudah disembelih dengan cara yang halal) yang dipotong dadu, lepas tu masukkan satu peket perencah nasik beriyani jenama Faiza yang boleh didapati di kedai-kedai runcit berhampiran dengan kediaman anda. Jangan lupa switch on periuk elektrik anda. Tunggu sampai masak, kalo makan tak masak nanti sakit perut la plak kan.. Kemudian anda boleh tuangkan ke pinggan yg bersih menggunakan pencedok nasik, dan hidangkan kepada keluarga tersayang. Mudah bukan?

Ohh.. kalau anda semua dah terlupa cara-cara, saya ada tuliskan di atas flyer ini, dan anda boleh dapatkan dengan percuma.

********

Semua hadirin mendengar dengan khusyu', namun dengan hati yang ragu-ragu dan terpinga-pinga dengan penjelasan panjang lebar oleh Encik A.

********

Encik B: Anda semua mesti dah penat telinga dan perut lapar selepas mendengar penjelasan kawan saya tadi tu kan? Saya malas nak cakap panjang. Tapi biarlah nasik beriyani yg telah saya masak dengan ramuan yg kawan saya ceritakan tadi berbual dengan perut kalian. Makanlah nasik yg saya sediakan ini sementara stok masih ada.

(Sambil menghulurkan bungkusan bekas plastik berisi nasik beriyani yg sudah dimasak).

********

Semua hadirin tanpa berlengah-lengah terus berebut-rebut menikmati nasik beriyani yang lazat itu. Dan kini mereka yakin seyakin-yakinnya bahawa nasik beriyani itu memang ada umph.. tiada lagi keraguan dalam hati mereka.

*********

Pengajaran: Tak guna cakap banyak, tulis berapi tapi takde amal sebagai contoh teladan. Bak kata Pak SHAB, "

Medan fikir lebih luas dari medan cakap
medan cakap lebih luas dari medan amal
medan amal lebih luas dari medan jihad
dan jihad yang terbaik ialah jihad yang muntijah!

wallahua'lam

Tuesday, February 05, 2008

Wife (prospective, insyaAllah.. hehe)

It cost me a life to make me realize
the tree once dear to eyes
is not worth
a forest of beauties and wise
pure as snow and cold as ice
secure me warmth
eternal summer of paradise.

amar_amiro@hotmail.com

Monday, February 04, 2008

Ar Risalah Edisi Maal Hijrah

Dah keluar pun nampaknya..

Sape-sape nak download sila masuk ke sini.